Rabu, 13 November 2013

cerpen


SAHABAT UNTUK SELAMANYA

Selva adalah seorang gadis cantik, pintar, dan baik hati. Dia baru saja diterima di SMA Negeri favorit di kotanya. Dari SMP dia memang bercita-cita masuk ke SMA tersebut.
Satu minggu sudah Selva menjadi salah satu siswa di SMA itu. Pelajaran keempatpun berakhir, ia siberi tugas untuk mengumpulkan hasil pekerjaan siswa dan membawanya ke ruang guru. Tanpa sengaja ia ditabrak oleh seorang laki-laki.
Bruk. Buku-buku yang selva bawapun jatuh berserakan di lantai. Laki-laki yang menabraknyapun langsung menolong mengambil buku-buku yang berserakan.
“Sorry, aku nggak sengaja. Aku tadi nggak lihat ada kamu lagi jalan, soalnya aku buru-buru. Kamu nggak papa kan? ” kata Rendy.
“Nggak papa kok. Aku tadi juga harus buru-buru ngumpulin buku-buku ini.” jawab Selva.
“Oh iya, kenalin. Aku Rendy kelas XI IPA 2.” kata Rendy sambil mengulurkan tangan.
“Nama aku Selva kelas X 2.” jawab Selva sambil menjabat tangan Rendy.
“Kak aku mau tanya, kalau ruangannya Bu Lisa dimana ya?”tanya Selva.
“Sekalian aku anterin aja. Aku juga mau ke sana kok. Sini aku bawain bukunya?”jawab Rendy.
“Nggak usah Kak. Aku bisa bawa sendiri kok.”kata Selva.
“Nggak papa. Itung-itung sebagai tanda permintaan maaf aku.”kata Rendy.
“Ya udah kalau begitu, makasih ya kak.”jawab Selva.
Mereka berduapun menuju ruangan ibu Lisa untuk mengumpulkan buku yang dibawa oleh Selva.Setelah pertemuan yang tidak sengaja itu, merekapun sering bertemu. Selva dan Rendy merasa cocok satu sama lain dan setiap mereka ngobrol selalu nyambung. Merekapun menjalin sebuah hubungan persahabatan, bahkan hubungan itu sudah seperti hubungan persaudaraan. Selva sudah menganggap Rendy sebagai kakaknya karena dia tidak mempunyai saudara, begitupun sebaliknya.
“ Kak makasih ya, selain jadi sahabat kakak juga sudah seperti kakak aku sendiri.”kata Selva.
“ Nggak usah pakai makasih segala. Setelah ada kamu aku juga seperti punya adik.”jawab Rendy.
“ Kak aku boleh minta sesuatu dari kakak ?” tanya Selva.
“ Selama aku masih bisa ngabulin, kenapa tidak.” jawab Rendy.
“ Aku pengen dalam persahabatan kita ini ada sebuah komitmen. Kita berdua harus berkomitmen untuk tidak saling suka dan hubungan kita tidak boleh lebih dari sahabat. Terus kita nggak boleh pacaran sebelum lulus sekolah. Gimana, kakak setuju nggak ?” tanya Selva.
“ Aku setuju aja tentang komitmen itu. Tapi apa alasannya?” tanya Rendy.
“ Aku buat komitmen itu karena aku ingin persahabatan kita ini abadi. Seandainya hubungan kita lebih dari sahabat, mungkin jika putus kita akan menjadi musuh dan aku nggak mau hal itu terjadi.” jawab Selva.
“ Ok, deal. Sahabat untuk selamanya.” kata Rendy.
Tidak terasa sudah hampir satu tahun mereka menjalin persahabatan. Namun ada seorang cewek yang sangat membenci hubungan persahabatan Selva dan Rendy, yang tak lain adalah Levi. Levi adalah teman sekelas Rendy dan dia sangat terobsesi untuk menjadi pacar Rendy. Levi mengira bahwa Selva dan Rendy berpacaran, padahal mereka hanya bersahabat.
Pada saat jam istirahat, Levi mendatangi kelas Selva dan mengajaknya ke taman belakang sekolah. Dia mengancam Selva untuk menjauhi Rendy dan memutuskan hubungan mereka.
“Ada apa ya kak ? Kok tiba-tiba kakak ngajak aku ke sini ?” tanya Selva.
“Aku cuma mau peringatin kamu. Putusin hubungan kalian dan jauhi Rendy!” jawab Levi.
“Emangnya kenapa aku harus jauhin Kak Rendy ?” tanya Selva.
“Soalnya kamu pacarnya Rendy.” jawab Levi.
“Pacarnya kak Rendy? Aku nggak pernah pacaran sama kak Rendy, kita cuma sebatas sahabat. Kita udah berkomitmen untuk nggak punya pacar sebalum lulus sekolah.” kata Selva.
“Nggak usah bohong deh.” tanya Levi.
“ Bener kak, aku nggak bohong. Kalau kakak nggak percaya, tanya sama kak Rendy.” jawab Selva.
Levi pergi meninggalkan Selva dan langsung menuju kelasnya untuk mendapat kepastian hubungan antara Selva dan Rendy. Dia langsung menuju meja Rendy untuk menanyakan hubungan antara Rendy dan Selva. Namun Rendy tidak terlalu menanggapi pertanyaan Levi.
            “ Ren, aku mau ngomong sama kamu.” kata Levi.
            “ Kalau mau ngomong, ngomong aja. Emangnya kamu mau ngomong    apa ?” tanya Rendy.
            “ Kamu pacaran sama Selva ?” tanya Levi.
            “ Emangnya kenapa, aku pacaran atau enggak juga bukan urusan kamu.” bentak Rendy.
Rendy pergi meniggalkan Levi di kelas, tanpa menjawab pertanyaan Levi.
            “ Ren..aku belum selesai ngomong sama kamu.” teriak Levi dari         dalam kelas.
Namun Rendy tidak menggubris teriakan Levi.
Setelah meninggalkan Levi, Rendy langsung menemui Selva di kelasnya. Dia ingin menanyakan kenapa Levi bertanya tentang hubungannya dengan Selva. Selva pun menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi antara dia dan Levi pada jam istirahat tadi. Akhirnya Rendy setelah mendengar penjelasan Selva paham apa yang sebenarnya terjadi.
Diam-diam Levi terus mencoba membuat rencana untuk memisahkan Selva dan Rendy. Tanpa sengaja dia melihat Selva sedang bersama seorang laki-laki di sebuah kafe. Karena penasaran Levi mengikuti mereka dan terus mengamati gerak-geriknya. Tiba-tiba ia ingat tentang komitmen yang dibuat oleh Selva dan Rendy. Levi mengambil handphonenya lalu memfoto Selva dan laki-laki itu. Ia bermaksud untuk menunjukkan foto tersebut kepada Rendy. Dengan melihat foto itu Rendy akan menyangka bahwa Selva telah menghianati  komitmen yang telah mereka buat.
“Dengan foto ini aku akan menghancurkan hubungan kalian.” kata Levi dalam hati.
Levi keluar dari kafe itu dan langsung menuju rumah Rendy untuk menunjukkan foto itu.
Tok. Tok. Levi mengetuk pintu rumah Rendy.
.           Rendy ke luar untuk membukakan pintu. Namun dia terkejut karena yang bertamu adalah Levi, orang yang nggak pernah dia harapkan untuk datang ke rumahnya.
            “Ngapain kamu ke sini ?” tanya Rendy dengan cuek.
            “Aku cuma mau kasih foto ini buat kamu.” jawab Levi.
            “Selva ? Emang ini foto apa ?” tanya Rendy penasaran.
            “Lihat aja sendiri. Foto ini akan menjawab rasa penasaran kamu. Kamu akan tahu bahwa Selva telah menghianati komitmen kalian. Ya udah aku pulang dulu” jawab Levi.
Setelah Levi pergi Rendy lalu melihat foto yang diberikan oleh Levi. Dia terkejut melihat Selva sedang duduk berdua dengan seorang laki-laki. Rendy kecewa karena dia merasa bahwa komitmen yang mereka buat sudah dikhianati oleh Selva. Dia lalu mengirim pesan kepada Selva dan mengajaknya bertemu di taman kota jam 4 sore. Tak berapa lama kemudian smsnya dibalas oleh Selva, setelah mendapat balasan Rendy langsung bergegas pergi ke taman. Rendy menunggu di sebuah bangku taman, 15 menit kemudian Selva datang dengan wajah khawatir.
            “Maaf kak, aku datangnya telat.” kata Selva lirih dengan wajah menunduk.
            “Nggak papa, duduk aja. Kamu tahu kenapa tiba-tiba aku ngajak ketemuan di sini ?” tanya Rendy.
Selva hanya menggelengkan kepalanya. Dia bingung perasaannya campur aduk antara penasaran, bingung dan takut.
            “Kenapa kamu langgar komitmen yang pernah kita buat dulu ?” tanya Rendy dengan nada yang mulai meninggi.
Selva tersentak mendengar pertanyaan dengan suara yang mengandung kemarahan keluar dari mulut Rendy.
            “Maksud kakak. Aku nggak paham apa yang kakak tanyain ?” tanya Selva lirih.
            “Maksud dari ini apa ?” kata Rendy sambil memberikan sebuah foto.Selva terkejut melihat foto yang diberikan oleh Rendy. Dia bingung kenapa Rendy bisa memperoleh foto itu.
            “Kakak dapat foto ini dari mana ?” tanya Selva bingung.
            “Kamu nggak perlu tahu aku dapet foto ini dari mana. Tapi yang perlu kamu tahu aku kecewa dan nggak nyangka kalau kamu bisa melanggar komitmen kita untuk nggak pacaran sebelum lulus.” jawab Rendy dengan nada marah.
            “Tapi kak, aku nggak pacaran. Cowok yang ada di foto itu bukan pacar aku, tapi dia itu…
            “Nggak usah bohong, aku paling nggak suka kalau dibohongin. Aku kecewa banget sama kamu.” kata Rendy memotong ucapan Selva.
            “Tapi, aku nggak bohong kak. Dengerin penjelasan aku dulu.” kata Selva yang mulai menitikkan air mata.
            “Aku nggak butuh penjelasan, semua ini udah jelas. Hubungan ini nggak bisa diterusin lagi, aku nggak mau punya sahabat yang munafik.” kata Rendy.
Setelah berkata seperti itu, Rendy langsung pergi meninggalkan taman kota tanpa memperdulikan Selva yang menangis.
Kabar tentang putusnya persahabatan Selva dan Rendy sudah diketahui oleh siswa di sekolah. Banyak yang menyayangkan kabar tersebut. Namun diantara sekian banyak orang sedih dengan berita itu, hanya Levi yang bahagia dengan rusaknya hubungan Selva dan Rendy. Levi sangat bahagia karena dengan tidak adanya Selva di samping Rendy dia akan lebih mudah untuk mendekati Rendy. Levi berpura-pura menjadi sahabat Rendy karena dia tahu Rendy sedang membutuhkan seseorang untuk menjadi teman curhat. Dengan begitu pelan-pelan dia akan merebut hati Rendy.
            “Ren, gimana kabar kamu, baik-baik aja kan?” tanya Levi.
            “Aku baik. Makasih udah ngasih tahu aku tentang Selva yang nggak aku ketahui.” jawab Rendy.
            “Nggak usah pake terima kasih segala, sebagai temen kita harus saling bantu.” kata Levi.
            “Tapi kalau kemari kamu nggak ngasih tahu aku, aku bakal dibohongin terus sama Selva.” kata Rendy.
Semakin hari hubungan Rendy dan Levi semakin akrab, dimana ada Rendy pasti di situ ada Levi.
Levi berharap bahwa Rendy akan segera menyatakan cinta, namun ternyata Rendy hanya menganggapnya sebagai teman.
Hampir enam bulan setelah kejadian di taman kota, baik Selva dan Rendy tidak bertegur sapa. Selva yang dulu ceria, sekarang menjadi pemurung. Reva yang juga sahabat Selva merasakan apa yang dirasakan oleh sahabatnya itu. Reva menjadi teman curhat dan berbagi Selva. Sebenarnya Reva tahu permasalahan yang terjadi diantara Selva dan Rendy, bahkan dia tahu siapa yang merusak persahabatan sahabatnya itu. Reva sangat ingin memberi tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada Rendy, namun dia menunggu saat yang tepat karena Rendy akan melaksanakan ujian nasional.
Waktu yang ditunggu Reva akhirnya datang. Seminggu setelah ujian nasional berlangsung Reva menemui Rendy di kelas untuk meluruskan apa yang sebenarnya terjadi.
            “Kak, aku mau bicara sama kak Rendy.” kata Reva pelan.
            “Eh Reva, emangnya mau bicara apa ? Kok wajah kamu tegang kaya    gitu ?” tanya Rendy.
            “Kalau bicaranya di taman belakang sekolah aja, gimana kak ?” tanya Reva pelan.
            “Ya udah, ayo.” jawab Rendy.
Mereka berdua menuju taman di belakang sekolah. Setelah sampai mereka duduk di sebuah bangku.
            “Sebenernya apa sih mau kamu bicarain, kayanya penting banget ?” tanya Rendy penasaran.
“Kak, aku mohon maafin Selva. Dia nggak salah, aku tahu siapa cowok yang ada di foto ini.” kata Reva sambil memberikan sebuah foto.
            “Maksud kamu ?” tanya Rendy.
            “Kak, cowok di foto itu adalah kakak sepupunya Selva yang baru datang dari Bandung dan dia bukan pacarnya Selva.” jawab Reva.
            “Tapi Levi bilang kalau cowok itu pacarnya Selva.” kata Rendy.
            “Kak Levi bohong. Dia sengaja mengambil foto itu dan mengarang cerita untuk merusak persahabatan kalian karena kalau masih ada Selva di samping kakak, dia nggak bisa deket sama kakak. Percaya sama aku.” kata Reva.
            “Tapi kenapa aku harus percaya sama kamu ?” tanya Rendy.
            “Karena waktu Selva dan sepupunya ada di kafe aku ikut juga, tapi waktu foto itu diambil aku lagi di kamar mandi. Terus aku nggak sengaja lihat kak Levi sedang memfoto Selva yang lagi pegangan tangan.” jelas Reva panjang lebar.
            “Jadi, yang sebenernya bohongin aku adalah Levi bukan Selva ?” tanya Rendy.
            “Iya kak. Maka dari itu kakak harus minta maaf sama Selva. Gimana kalau aku telepon Selva untuk datang ke sini, agar masalah ini capet selesai. ?” tanya  Reva menyarankan.
            “Ide yang bagus, aku setuju.” jawab Rendy.
Reva lalu menelpon Selva dan menyuruhnya datang ke taman belakang sekolah. Tak berapa lama Selva datang, dia agak bingung melihat Reva bersama Rendy.
            “Hai Va, kenapa kamu nyuruh aku datang ke sini  ?” tanya Selva bingung.
            “Sebenernya bukan aku yang mau ketemu kamu, tapi kak Rendy. Ya udah aku pergi dulu, biar kalian enak ngobrolnya.” kata Reva sambil berlalu.
            “Tapi Va.” kata Selva.
Baik Selva maupun Rendy saling terdiam. Mereka bingung harus memulai pembicaraan dari mana. Akhirnya Rendy  yang memulai pembicaraan.
            “Selva, aku minta maaf atas omonganku dulu. Aku udah terhasut fitnah Levi dan parahnya aku mempercayainya.” ucap Rendy.
            “Aku udah lupain kejadian itu dan aku juga udah maafin kakak. Apa kak Rendy udah tahu yang sebenernya terjadi ?” tanya Selva pelan.
            “Aku uadah tahu semuanya dari Reva, dia yang menceritakan apa yang sebenernya terjadi dan dia juga yang udah nyadarin aku.” jawab Rendy.
            “Jadi setelah semua kejadian ini, kakak masih mau nerusin persahabatan kita ?” tanya Selva hati-hati.
            “Harusnya yang ngomong kaya gitu aku bukan kamu. Ya jelaslah aku mau hubungan kita kaya dulu.” jawab Rendy sambil tersenyum.
            “Makasih ya kak, akhirnya masalah ini selesai juga.” kata Selva.
            “Masalah ini belum selesai, masalah ini ada karena perbuatan Levi dan dia harus menanggung akibatnya.” ucap Rendy penuh emosi.
            “Tapi aku mohon masalah ini diselesaikan dengan baik-baik bukan dengan emosi.” kata Selva bijak.
Rendy menuju kelasnya untuk menemui Levi. Dia ingin masalah itu selesai hari itu juga.
            “Lev, aku mau bicara sama kamu.” kata Rendy dengan emosi yang ditahan.
            “Ngomong aja, Ren. Aku dengerin kok.” kata Levi dengan suara manja.
            “Aku udah tahu semua kebusukanmu. Kamu kan yang udah memfitnah Selva dan membuat hancur persahabatan aku ?” tanya Rendy penuh amarah.
            “Maksud kamu apa Ren ?  Aku nggak paham ?” Levi balik bertanya.
            “Nggak usah berlagak nggak tahu segala, aku udah tahu semuanya. Mulai sekarang jangan pernah deketi aku lagi dan ganggu Selva.” jawab Rendy.
Rendy lalu pergi tanpa mendengarakan penjelasan Levi. Levi hanya menangis dan tidak berusaha untuk mengejar Rendy. Dalam hati ia mengakui kesalahan fatal yang sudah ia perbuat, hanya rasa penyesalan yang memenuhi hatinya.
Setelah kejadian itu, hubungan Rendy dan Selva kembali seperti dulu lagi. Hal ini juga tak lepas dari bantuan Reva, tanpa Reva mungkin mereka tidak akan bersatu lagi. Mereka lalu menemui Reva untuk mengucapkan terimakasih.
            “Va, makasih ya udah bantuin kita.” ucap Selva.
            “Makasih buat apa, kayanya aku nggak nglakuin apa-apa?” tanya Reva.
            “Kamu udah buka mata aku. Kalau kamu nggak ngejelasin kejadian sebenarnya, mungkin aku udah nggak mau ketemu lagi sama Selva.” ucap Rendy.
            “Oh, masalah itu. Iya, sama-sama. Aku kan cuma nggak mau kalau kalian musuhan terus. Jadi, sekarang kalian..  ?” tanya Reva.
            “Sahabat untuk selamanya.”ucapa Selva dan Rendy berbarengan.
Akhirnya semua masalah yang terjadi diantara Selva dan Rendy selesai. Mereka tetap berkomitmen untuk menjalin persahabatan. Namun komitmen yang mereka buat dulu diganti dengan komitmen yang berbunyi “SAHABAT UNTUK SELAMANYA”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar